Minggu, 21 September 2008

IKLAN DAN KEKERASAN IDENTITAS


Iklan dalam bahasa Inggris disebut dengan advertisement merupakan upaya sadar seseorang atau sekelompok orang (komunitas tertentu) untuk memperkenalkan sesuatu baik hanya berbentuk informasi maupun dalam bentuk produk barang agar orang lain berminat mengikuti apa yang diinginkan oleh para pelaku iklan tersebut. Dalam dunia pertelevisian misalnya, yang terkait erat dengan dunia bisnis, iklan ibarat jantung yang terus memompakan darah ke seluruh anasir tubuh televisi.

Oleh karenanya wajar kalau antara bisnis dan televisi memiliki hubungan yang saling mempengaruhi dan saling menguntungkan (Simbiosis Mutalisme). Kalau sebuah acara di televisi minim iklan, tentunya darah tidak akan mengalir secara komplementer dan komprehensif di seluruh tubuh televisi.

Maka untuk menjaga agar hubungan ini berjalan baik (balance), para pelaku, baik itu pengelola televisi maupun pelaku bisnis bersama-sama berupaya keras untuk menyakinkan masyarakat akan keunggulan program dan kualitas barang yang disajikan serta dipromosikan. Terutama bagi pelaku bisnis, mereka sangat dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif agar selalu mempersembahkan produk yang memenuhi kebutuhan dan memuaskan pasar. Kalau tidak, perlahan tapi pasiti mereka akan ditinggalkan oleh konsumennya yang beralih kepada produk yang lebih menarik.

Sedang bagi pengelola televisi, mereka juga dituntut untuk selalu menyajikan acara-acara yang berkualitas. Kalau tidak, para pemirsa akan berpindah ke lain hati, dan para produsen pun akan menjadi enggan menarifkan sebagian besar dananya pada perusahan televisi tersebut.

Terkait dengan wacana di atas, sejenak kita melihat bagaimana sebenarnya praktek iklan yang jika dikaji lebih dalam dan jeli sesungguhnya akan menampakkan satu sisi lain yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang banyak (unthingkingable) yaitu sebuah kekerasan. Berikut ini sebuah ilustrasi kaitannya dengan produk yang ditawarkan kepada konsumen (baca: penonton Televisi).

Dalam kamus iklan, tubuh para penontonnya adalah jelek, tak terawat, dan perlu “direparasi” dengan produk yang mereka tawarkan. Seperti Iklan shampoo yang mengsumsikan bahwa rambut semua penontonnya bercabang, kusut, pecah, berketombe, dan jauh untuk memenuhi standard rambut indah.

Oleh karena itu untuk mengatasi problem tersebut, maka pebisnis dengan bahasa iklannya menampilkan sebuah shampoo yang anti-ketombe, anti-dendruff, bahkan “anti-jelek”. Untuk mencapai target yang diinginkan dari penjulan tersebut, mereka melibatkan seorang bintang, “publik figur” atau seorang model yang dengan skenario apik menampilkan gambar dan aksi yang dianggap menarik yaitu asyik memutar kepalanya yang dihiasi rambut yang hitam berkilau, lurus, panjang dan tentunya tak berketombe.

Singkatnya, tanpa disadari terkadang muncul spontanitas perasaan iri yang menggebu dalam hati penonton pada sang model yang sangat cantik laksana bidadari itu. Dengan berbekal semangat dan hasrat besar untuk memiliki rambut yang indah seperti yang diiklankan, para penonton segera memburu mall, hingga warung kecil di sekitar rumah mereka guna mereparasi rambut (rebounding). Kemudian mencari produk sahampoo untuk solusi terbaik anti-ketombe, rambut lurus dan hitam seperti yang ditawarkan iklan shampoo tadi.

Begitulah, tanpa sadar mayoritas kita-untuk tidak mengatakan semuanya- diam-diam sudah menjadi “masyarakat penampil” atau (meminjam istilah Idy Subandy Ibrahim) dandy society. Sebuah iklan shampoo saja, seakan memiliki kekuatam magis yang telah berhasil menyihir dan mendikte kita untuk berambut lurus, hitam, panjang dan tak berketombe sambil meyakinkan bahwa rambut kita itu jelek, tak terawat dan perlu diperbaiki seperti bintang iklan.

Adalah Rika seorang perempuan yang bekerja di sebuah Perusahaan Swasta. Sebenarnya rambutnya cukup indah. Tapi, ternyata iklan lebih berhasil meyakinkan dirinya bahwa rambutnya tak terawat, bercabang dan berketombe. Jadilah dia memilih shampoo anti-ketombe untuk menyelamatkan citranya agar tak dituding “tak terawat” dan jelek.

Selang beberapa lama, setelah memakai shampoo ati-ketombe itu, ternyata rambutnya menjadi kering. Maka kemudian ia beralih pada shampoo produk lain yang menjanjikan rambut segar dan berkilau. Tapi ternyata, shampoo barunya malah membuat rambutnya jadi kusam. Maka dia berganti shampoo lain yang menjanjikan rambut hitam, panjang dan lurus.

Begitu seringnya ia gonta-ganti shampoo, ini mengindikasikan bahwa iklan-iklan di televisi itu telah berhasil dan sukses melumpuhkan secara telak kepercayaan dirinya sebagai perempuan. Rambut yang sejatinya indah dan hitam akhirnya menjadi sangat jauh untuk dikatakan indah dan sedia kalanya. Hingga akhirnya, untuk mengembalikan keindahan rambut yang pernah ada, bahkan digunakanlah shampoo lain yang dianggap nomor satu dari Amerika, walhasil justru membuat kondisi rambutnya menjadi tipis.

Rika, yang pada awalnya ingin menggunakan shampoo yang bisa membuat rambutnya lebih mengembang, hitam dan panjang. Namun rasa lelah berganti shampoo ternyata lebih dulu menghinggapinya. Sehingga suatu hari dalam sebuah pertemuan, Rika malah telah menggunakan jilbab.

Penggunaan jilbab ini tidak murni karena untuk menjalankan kewajiban agama, tetapi hanya untuk sebuah alasan yang agak aneh, yaitu bosan mengurusi rambut dan berganti-ganti shampoo. Jika dilihat dari satu sisi, memang ada baiknya juga karena gonti-ganti shampoo malah membuat rambutnya rusak, sehingga menjadikannya untuk menggunakan jilbab. Tapi, yang ingin ditegaskan di sini adalah, bahwa telah terjadi kekerasan identitas di sekeliling kita.

Ternyata, diam-diam, dunia yang diwakili iklan seakan-akan menunjuk hidung kita dan mengatakan, “kamu jelek, tak terawat. Coba lihatlah wajah lain, lalu bandingkan, yang terawat dan yang tak terawat”. Telah menumbangkan rasa percaya diri kita, lalu patuh terhadap pesan-pesan yang ditawarkan iklan tanpa berfikir lebih lanjut.

Kekerasan gaya hidup

Sebagian kita (masyarakat) mungkin berasumsi dan berpersepsi bahwa kekerasan adalah segala sesuatu yang melulu berkaitan erat dengan tendangan, pukulan, tembakan, daging yang terkoyak, kucuran darah, penyiksaan dan penderitaan. Mereka mengira bahwa hanya tembakan, tetesan darah dan perkelahian hingga pembunuhan dan perampokan yang merupakan sebuah kekerasan. Tanpa pernah mencoba untuk mendeteksi bentuk kekerasan lain yang lebih halus tapi sesungguhnya lebih membahayakan.
Kekerasan dalam perspektif Johan Galtung, tak melulu segala tindakan yang mengandung intervensi atau tekanan yang selalu bertalian erat dengan darah, perang, atau senjata.

Menurutnya, kekerasan terjadi bila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada di bawah realisasi potensialnya. Dengan kata lain bila yang potensial lebih tinggi dari yang aktual, maka terdapat kekerasan. Kekerasan di sini diartikan sebagai penyebab perbedaan antara yang potensial dan yang aktual. Realisasi potensial adalah apa yang mungkin diwujudkan sesuai dengan tingkat wawasan, pengetahuan, dan kemampuan yang dicapai oleh seseorang. Penyalahgunaan hal-hal tersebut untuk tujuan lain atau dipaksakan oleh sekelompok orang lain berarti telah menciptakan kekerasan.

Ketika realisasi potensial kita memiliki kebebasan untuk memilih berambut lurus atau keriting, panjang atau pendek, dan seterusnya. Tapi iklan telah memaksa realisasi aktual kita untuk “sama” seperti apa yang ada dalam iklan. Di situlah kekerasan yang dimaksudkan telah terjadi. Saat ini, disadari atau tidak, kita tengah menerima banyak bentuk dalam kekerasan gaya hidup (life style violence)dan kekerasan identitas (identity violence). Identitas kita kemudian dideskriditkan sebagai sesuatu yang jelek, kotor, dan tak terawat oleh iklan-iklan di televisi melalui sejumlah model dan selebriti yang melabeli dirinya cantik,tampan, sempurna dalam ukuran tubuh.

Dalam kasus iklan shampoo tadi misalnya, ketika realisasi potensial setiap orang ditekan untuk merasa bahwa rambutnya jelek dan tak terawat, kekerasan identitas telah terjadi. Cantik atau tidak cantik, terawat atau tidak terawat, jelek dan bagus telah direduksi sedemikian naif bahwa rambut yang hitam, lurus mengembang dan tidak berketombe, wanita yang cantik dan terawat adalah yang memakai produk shampoo atau produk yang diiklankan sementara yang lain tidak.

Memang secara formal, pada dasarnya tidak pernah ada standarisasi kategori untuk cantik atau tampan secara lokal, regional, nasional, atau internasional. Bahkan Kecamatan, DPR, atau PBB sekalipun tidak pernah mengeluarkan peraturan atau undang-undang bahwa seseorang yang cantik adalah yang tubuhnya langsing, berkulit putih, berwajah Oriental-Eropa, berambut hitam dan seterusnya.

Yang ada hanyalah penggiringan paradigma berfikir dan penciptaan persepsi dalam masyarakat bahwa cantik adalah orang yang berkulit putih, langsing, dan berambut indah bak Titi Kamal, Dian Sastro atau Sandra Dewi dan yang tampan adalah lelaki gagah, berotot, dan macho seperti Ari Wibowo, Primus dan Thomas Djorgie (katanya).

Perlu diingat bahwa kekerasan telah terjadi ketika semua orang merasa merekalah (para selebriti dan bintang dalam iklan dan televisi) yang cantik atau tampan, sementara kita adalah orang-orang yang berada pada kategori dan klasifikasi yang biasa saja—bahkan jelek—yang harus bersegera dan responsif untuk memperbaiki citra diri agar punya identitas seperti mereka.

Maka para perempuan seakan tidak mau ketinggalan dan tidak ingin dikatakan tidak beridentitas berlomba-lomba untuk melangsingkan tubuh lewat diet ketat yang sering kelewatan menyebabkan anorexia nervousa atau bulimia. Selanjutnya memburu shampoo agar rambutnya dikatakan indah dan terawat setelah menggunakannya.

Tak terkecuali mencari produk kecantikan lainnya seperti hand body dan pemutih lainnya. Kesemua itu dilakukan karena tanpa disadari bahwa rasa percaya diri telah hilang dan digiring kepada produk iklan tersebut. Para lelaki juga tak mau ketinggalan mengurusi tubuh mereka dengan fitness dan body building hingga rajin ke salon secara rutin untuk facial dan sebagainya.

Begitulah, tanpa sadar hari-hari kita dipenuhi dengan kekerasan yang tak nampak yang seringkali tidak kita sadari. Kekerasan gaya hidup dan kekerasan identitas memaksa kita berpenampilan dan berwajah mirip selebriti atau para supermodel, tanpa pernah menyadari bahwa tubuh adalah karunia kodrati yang diciptakan Allah Swt dengan bentuk yang berbeda-beda dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Tanpa sadar kita telah menjadi korban kekerasan, sebab ketika tiba-tiba tanpa kesadaran yang jelas kita rela mengeluarkan berapapun uang dari dompet kita untuk membeli krim pemutih wajah, obat pelangsing tubuh, facial foam atau body lotion karena takut dunia akan menunjuk hidung kita yang berkomedo dan berjerawat sambil berkata, “jelek lu!”, itulah kekerasan.

Perbedaan adalah SUNNATULLAH

“Membaca qunut dalam shalat adalah sunnah, dan meninggalkannya pun juga sunnah." Itulah komentar Ibnul Qoyyim tentang perbedaan pendapat para ulama tentang qunut. Sebab, memang di sana ada riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW membacanya dalam shalat, namun ada juga hadits yang meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW meninggalkannya.

Tapi kenyataan di masyarakat kita berbeda. Berseteru gara-gara qunut bahkan sampai saling mencaki-maki adalah peristiwa yang sering kita dengar. Ironis memang, hanya gara-gara qunut yang sunnah, lantas meninggalkan yang wajib; menjaga persatuan umat dan berbuat baik terhadap sesama muslim. Tak ada sesuatu yang persis sama di dunia ini.

Meski ada, hanyalah terbatas pada beberapa hal kecil saja. Itulah sunnatullah. Bukti kekuasaan Allah SWT yang tak terhingga. Dengan perbedaan, dunia menjadi penuh warna, dimana manusia dapat saling melengkapi satu-sama lain, dan bahkan saling tolong-menolong.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang berotak brilian dan ada yang biasa. Karena itu, perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah, bukan hal tercela. Hal seperti ini juga terjadi pada para ulama. Pengetahuan dan kemampuan yang berbeda-beda akhirnya menghasilkan ijtihad yang berbeda pula.

Bagi yang sering mengkaji kitab-kitab perbandingan madzhab, selisih pendapat di antara mereka bukanlah hal asing, karena berbeda pendapat dalam menghukumi sesuatu telah ada sejak zaman shababat ra.

Contohnya saja, keputusan Khalifah Abu Bakar untuk memerangi orang-orang yang menolak membayar zakat, disepakati setelah melalui musyawarah yang diwarnai silih beda pendapat. Atau antara Umar ra. dan Utsman ra. dalam masalah pembukuan Al-Qur'an, serta banyak lagi.

Ikhtilaf Dalam Hukum Fiqih
Ikhtilaf atau perbedaan pendapat dalam hukum fiqih disebabkan oleh banyak hal, antara lain :

1. Perbedaan para ulama dalam memahami teks Al-Qur'an dan Hadits
Teks Al-Qu'ran dan Hadits kadang membuka peluang untuk dipahami secara berbeda, misalnya dengan adanya kata yang mempunyai lebih dari satu makna. Perbedaan pemahaman itu melahirkan perbedaan penghukuman. Contohnya kata "la mastum" dalam surah Al-Maidah ayat 6. Kata itu bisa berarti "bersentuhan" dan bisa berarti "hubungan suami istri". Yang mengartikannya, sebagai hubungan suami istri, akan mengeluarkan pendapat bahwa bersentuhan saja dengan wanita tidak membatalkan wudlu, tapi yang mengartikannya sebagai bersentuhan, akan menghukumi batal wudlu, bila kulit wanita dan pria bersinggungan.

2. Perbedaan pengetahuan mereka tentang Hadits.
Orang yang paling tahu dan mengerti Hadits-Hadits Rasulullah SAW adalah para shahabat. Sepeninggalan Nabi, para shahabat menyebar ke berbagai daerah untuk mensyiarkan Islam, antara lain Irak, Kufah, Mesir, dll. Kendati begitu, sebagian besar mereka tetap berdomisili di Madinah. Wal hasil, kota yang banyak didiami oleh banyak shahabat lebih menguasai hadits dibanding kota yang hanya memiliki sedikit shahabat, dan ini berdampak pada pengambilan hukum.

Ulama-ulama Irak, misalnya, lebih cenderung menggunakan ra'yu (pendapat sendiri) yang tetap sejalan dengan Al-Qur'an karena sedikitnya perbendaharaan hadits mereka dan ditambah pula dengan banyak beredarnya hadits-hadits palsu, ketimbang ulama-ulama Madinah yang kaya perbendaharaan haditsnya. Akibat pengetahuan terhadap hadits yang berbeda-beda inilah akhirnya terlahir ijtihad yang berbeda pula.

3. Perbedaan mereka dalam menilai Hadits.
Para ulama kadang berbeda pendapat dalam menilai sebuah hadtis. Imam Malik menyatakan bahwa hadits a itu shahih, namun setelah mengadakan penelitian lebih lanjut, Imam Syafi'i mengatakan bahwa hadits tersebut dhaif, lemah, sehingga tidak dapat dijadikan sandaran hukum. Salah satu penyebab ikhtilaf tadi adalah perbedaan mereka dalam memverifikasi para perawi hadits. Menurut A si anu (perawi hadits) itu bisa dipercaya (adil), namun B mengatakan ia kurang kredibel.

Di samping perbedaan dalam menilai keshahihan hadits, kadang mereka juga berbeda pendapat tentang status hadits tertentu. Apakah ia bisa dijadikan hujjah (sandaran hukum) atau tidak. Misalnya hadits mursal tabi'i (hadits yang silsilah perawinya terputus pada tabi'in), Imam Abu Hanifah dan Imam Malik menerimanya untuk dijadikan hujjah, sementara Imam Syafi'i menolak.

4. Perbedaan waktu, tempat dan kondisi.
Para ulama hidup pada kurun waktu dan tempat yang berbeda-beda, yang akhirnya melahirkan tabiat dan karakter yang berbeda pula. Dan ini berdampak pada pengambilan hukum. Contohnya Umar bin Abdul Aziz, sewaktu menjadi Gubernur Madinah, ia menerima klaim seseorang hanya dengan satu saksi laki-laki dan sumpah. Tapi ketika ia menjadi khalifah dan tinggal di Syam, tidak menerima klaim seseorang kecuali dengan dua saksi laki-laki atau satu laki-laki dan dua perempuan. Ketika ditanya tentang hal itu, ia menjawab, "Kami sungguh mendapati penduduk Syam berada dalam kondisi dan tradisi yang berbeda dengan Madinah."

5. Perbedaan mereka dalam mensikapi dalil-dalil yang kelihatan kontradiktif
Contohnya hadits-hadits berikut :
a. La sholata illa bifatihatil kitab (tidaklah sah shalat seseorang tanpa membaca surah al-Fatihah).

b. Idza qara'al imamu fa anshitu (jika Imam sedang membaca Al-Qur'an, dengarkanlah).

c. Man kana lahu imam, faqira'atahu lahu qira'ah (barang siapa bersama imam,
cukuplah baginya bacaan imam).

Berdasarkan ketiga hadits ini, para ulama berbeda pendapat tentang apakah makmum wajib membaca al-Fatihah atau tidak. Imam Syafi'i berpendapat bahwa makmum wajib membaca al-Fatihah berdasarkan hadits pertama. Imam Hanbali berkata bahwa jika imam membaca keras, makmum tidak perlu membaca al-Fatihah, tapi jika imam tidak membaca keras, makmum wajib membacanya. Dalam hal ini, Imam Hanbali mengkompromikan hadits pertama dan kedua. Sedang menurut Imam Hanafi, seorang makmum tidak wajib membaca apapun berdasarkan hadits yang ketiga.

6. Perbedaan mereka dalam menggunakan dalil-dalil mukhtalaf (yang diperselisihkan.
Sebagian besar ulama sepakat dalam menggunakan Al-Qur;an, al-Hadits, Ijma' dan Qiyas sebagai dalil atau sandara hukum. Namun, selain empat unsur tadi, masih ada dalil-dalil yang diperselisihkan oleh para ulama dalam kaitannya sebagai sumber hukum. Dalil-dalil mukhtalaf itu antara lain :
a. Perkataan atau pendapat Shahabat.
b. Ijma' penduduk Madinah
c. Istihsan
d. Istishab
e. Mashalih Mursalah
f. Tradisi,. dsb.

Itulah hal-hal yang menyebabkan para ulama berbeda pendapat. Sebuah perbedaan yang timbul karena hal-hal yang sangat manusiawi. Karenanya, perbedaan seperti itu tidak tercela. Bahkan Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa berijtihad dan ia benar, baginya dua pahala. Dan jika salah, baginya satu pahala"

Maka tidak sepatutnya perbedaan pendapat dan madzhab menjadi perpecahan, pertikaian, dan fanatismu (taashshub). Allah berfirman, "Wa'tashimu bihablillah jami'an wa la tafarraqu, " (QS. Ali Imran : 103). Artinya : Berpeganglah kamu semua pada tali Allah dan janganlah berpecah belah. Wallahu 'alam bish-showab.

Minggu, 14 September 2008

TEST CASE

PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
Manakah yang akan Anda pilih?

Sekelompok anak kecil sedang bermain di dekat dua jalur kereta api. Jalur yang pertama adalah jalur aktif (masih sering dilewati KA), sementara jalur kedua sudah tidak aktif. Hanya seorang anak yang bermain di jalur yang tidakaktif (tidak pernah lagi dilewati KA), sementara lainnya bermain di jalur KAyang masih aktif.

Tiba-tiba terlihat ada kereta api yang mendekat dengan kecepatan tinggi. Kebetulan Anda berada di depan panel persimpangan yang mengatur arah KAtersebut. Apakah Anda akan memindahkan arah KA tersebut ke jalur yang suda tidak aktif dan menyelamatkan sebagian besar anak kecil yang sedangbermain??? Namun hal ini berarti Anda mengorbankan seorang anak yang sedang bermain di jalur KA yang tidak aktif. Atau Anda akan membiarkan keretatersebut tetap berada di jalur yang seharusnya?

Mari berhenti sejenak dan berpikir keputusan apa yang sebaiknya kita ambil??? lihat ke bawah ini....

Sebagian besar orang akan memilih untuk memindahkan arah kereta dan hanya mengorbankan jiwa seorang anak. Anda mungkin memiliki pilihan yang sama karena dengan menyelamatkan sebagian besar anak dan hanya kehilangan seoranganak adalah sebuah keputusan yang rasional dan dapat disyahkan baik secara moral maupun emosional.

Namun sadarkah Anda bahwa anak yang memilih untuk bermain di jalur KA yang sudah tidak aktif, berada di pihak yang benar karena telah memilih untukbermain di tempat yang aman? Disamping itu, dia harus dikorbankan justru karena kecerobohan teman-temannya yang bermain di tempat berbahaya. Dilema semacam ini terjadi di sekitar kita setiap hari.

Di kantor, Di masyarakat, di dunia politik dan terutama dalam kehidupan demokrasi pihak minoritas harus dikorbankan demi kepentingan mayoritas. Tidak peduli betapa bodoh dan cerobohnya pihak mayoritas tersebut.

Nyawa seorang anak yang memilih untuk tidak bermain bersama teman-temannya di jalur KA yang berbahaya telah dikesampingkan. Dan bahkan mungkin tidak kita tidak akan menyesalkan kejadian tersebut. Seorang teman yang men-forward cerita ini berpendapat bahwa dia tidak akan mengubah arah laju kereta karena dia percaya anak-anak yang bermain di jalur KA yang masih aktif sangat sadar bahwa jalur tersebut masih aktif.

Akibatnya mereka akan segera lari ketika mendengar suara kereta mendekat. Jika arah laju kereta diubah ke jalur yang tidak aktif maka seorang anak yang sedang bermain di jalur tersebut pasti akan tewas karena dia tidak pernah berpikir bahwa kereta akan menuju jalur tersebut.

Di samping itu, alasan sebuah jalur KA dinonaktifkan kemungkinan karena jalur tersebut sudah tidak aman. Bila arah laju kereta diubah ke jalur yang tidak aktif maka kita telah membahayakan nyawa seluruh penumpang di dalam kereta. Dan mungkin langkah yang telah ditempuh untuk menyelamatkan sekumpulan anak dengan mengorbankan seorang anak, akan mengorbankan lagi ratusan nyawa penumpang di kereta tersebut.

Kita harus sadar bahwa HIDUP penuh dengan keputusan sulit yang harus dibuat. Dan mungkin kita tidak akan menyadari bahwa sebuah keputusan yang cepat tidak selalu menjadi keputusan yang benar.

"Ingatlah bahwa sesuatu yang benar tidak selalu populer.........dan sesuatu yang populer tidak selalu benar".

ORANG BODOH VS ORANG PINTAR

Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya di bisnis.
Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus rekrut orang Pintar.
Walhasil Bosnya orang pintar adalah orang bodoh.

Orang bodoh sering melakukan kesalahan, maka dia rekrut orang pintar yang tidak pernah salah untuk memperbaiki yang salah.
Walhasil orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh.

Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah untuk selanjutnya mendapatkan kerja. Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayari proposal yang diajukan orang pintar.

Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato,
maka di suruh orang pintar untuk membuatnya.

Orang bodoh kayaknya susah untuk lulus sekolah hukum (SH). oleh karena itu orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk membuat undang-undangnya orang bodoh.

Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan,
sementara itu orang pintar percaya.
Tapi selanjutnya orang pintar menyesal karena telah mempercayai
orang bodoh. Tapi toh saat itu orang bodoh sudah ada di atas.

Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu yang dipikirkan
panjang-panjang oleh orang pintar, walhasil orang orang pintar
menjadi staffnya orang bodoh.

Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan,
dia PHK orang-orang pintar yang berkerja.
Tapi orang-orang pintar DEMO, Walhasil orang-orang pintar
"meratap-ratap" kepada orang bodoh agar tetap di berikan pekerjaan.

Tapi saat bisnis orang bodoh maju, orang pintar akan menghabiskan
waktu untuk bekerja keras dengan hati senang, sementara orang bodoh
menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.

Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa dijadikan duit.
Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan perkerjaan.

Bill gate (Microsoft), Dell, Hendri (Ford), Thomas Alfa Edison, Tommy Suharto, Liem Siu Liong (BCA group). Adalah orang-orang Bodoh (tidak pernah dapat S1) yang kaya.
Ribuan orang-orang pintar bekerja untuk mereka.
Dan puluhan ribu jiwa keluarga orang pintar
bergantung pada orang bodoh.

PERTANYAAN :

Jadi mending jadi orang pintar atau orang bodoh??
Pintaran mana antara orang pintar atau orang bodoh ???
Mulia mana antara orang pintar atau orang bodoh??
Susah mana antara orang pintar atau orang bodoh??

KESIMPULAN:
Jangan lama-lama jadi orang pintar,
lama-lama tidak sadar bahwa dirinya telah
dibodohi oleh orang bodoh.

Jadilah orang bodoh yang pintar dari pada
jadi orang pintar yang bodoh.

Kata kunci nya adalah "resiko" dan "berusaha",
karena orang bodoh perpikir pendek maka dia bilang resikonya kecil,
selanjutnya dia berusaha agar resiko betul-betul kecil.
Orang pintar perpikir panjang maka dia bilang resikonya besar
untuk selanjutnya dia tidak akan berusaha mengambil resiko tersebut.
Dan mengabdi pada orang bodoh.

Kamis, 11 September 2008

Short Story

Benar-benar cerita yang menyedihkan dan mungkin dunia ini
sudah gila kali ya!!!!????

Ada seorang teman saya, suatu hari terpanggil untuk memakai jilbab. Karena hatinya sudah tetap, dia pun pergilah ke toko muslim untuk membeli jilbab. Setelah membeli beberapa pakaian muslim lengkap bersama jilbab dengan berbagai model (maklum teman saya itu stylish sekali), dia pun pulang ke rumah dengan hati suka cita.

Sesampainya di rumah, dengan bangga dia mengenakan jilbabnya. Ketika dia ke luar dari kamarnya, bapak dan ibunya langsung menjerit. Mereka murka bukan main dan meminta agar anaknya segera melepaskan jilbabnya. Anak itu tentu merasa terpukul sekali...bayangkan: Ayah ibunya sendiri menentangnya untuk mengenakan jilbab. Si anak mencoba berpegang teguh pada keputusannya akan tetapi ayah ibunya mengancam akan memutuskan hubungan orang-tua dan anak bila ia berkeras. Dia tidak akan diaku anak selamanya bila tetap mau menggunakan jilbab. Anak itu menggerung-gerung sejadi-jadinya. Dia merasa menjadi anak yang malang sekali nasibnya.

Tidak berputus asa, dia meminta guru tempatnya bersekolah untuk berbicara dengan orang tuanya. Apa lacur sang guru pun menolak. Dia mencoba lagi berbicara dengan ustad dekat rumahnya untuk membujuk orang tuanya agar diizinkan memakai jilbab... hasilnya? Nol besar! Sang ustad juga menolak mentah-mentah. Belum pernah rasanya anak ini dirundung duka seperti itu. Dia merasa betul2 sendirian di dunia ini. Tak ada seorang pun yang mau mendukung keputusannya untuk memakai jilbab.

Akhirnya dia memutuskan untuk menggunakan truf terakhir. Dia berkata pada orang tuanya, "Ayah dan ibu yang saya cintai. Saya tetap akan memakai jilbab ini. Kalau tidak diizinkan juga saya akan bunuh diri."

Sejenak suasana menjadi hening. Ketegangan mencapai puncaknya dalam keluarga itu. Akhirnya sambil menghela napas panjang, si ayah berkata dengan lirih, "Fahmi, Fahmi! Nek wong wedok sak karepe ngono. Kowe lanang, lha kok nganggo jilbab!?"

Hee.. hee.. hee.. serius banget bacanya... Lagi Puasa ya bro…..
Wakakakakakakak.

SURAT DARI ALLAH

Saat kau bangun pagi hari, AKU memandangmu dan
berharap engkau akan berbicara kepada KU, walaupun
hanya sepatah kata meminta pendapatKU atau bersyukur
kepada KU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi
dalam hidupmu hari ini atau kemarin ......


Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan
diri untuk pergi bekerja .......
AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU
tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti
dan menyapaKU, tetapi engkau terlalu sibuk .........

Disatu tempat, engkau duduk disebuah kursi selama
lima belas menit tanpa melakukan apapun. Kemudian AKU
Melihat engkau menggeerakkan kakimu. AKU berfikir
engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari
ke telephone dan menghubungi seorang teman untuk
mendengarkan kabar terbaru.

AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU
menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua
kegiatanmu AKU berfikir engkau terlalu sibuk
mengucapkan sesuatu kepadaKU.

Sebelum makan siang AKU melihatmu memandang
sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk
berbicara kepadaKU, itulah sebabnya mengapa engkau tidak
menundukkan kepalamu.
Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan
melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut
namaKU dengan lembut sebelum menyantap rizki yang AKU
berikan, tetapi engkau tidak melakukannya ......
masih ada waktu yang tersisa dan AKU berharap engkau akan
berbicara kepadaKU, meskipun saat engkau pulang
kerumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang
harus kau kerjakan.

Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV,
engkau menghabiskan banyak waktu setiap hari didepannya,
tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati acara yg
ditampilkan. Kembali AKU menanti dengan sabar saat
engkau menonton TV dan menikmati makananmu tetapi
kembali kau tidak berbicara kepadaKU .........


Saat tidur, KU pikir kau merasa terlalu lelah.
Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau
melompat ketempat tidur dan tertidur tanpa
sepatahpun namaKU, kau sebut. Engkau menyadari bahwa AKU
selalu hadir untukmu.


AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari.
AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar
terhadap orang lain. AKU sangat menyayangimu, setiap
hari AKU menantikan sepatah kata, do'a, pikiran atau
syukur dari hatimu.

Keesokan harinya ...... engkau bangun kembali dan
kembali AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau
akan memberiku sedikit waktu untuk menyapaKU ........
Tapi yang KU tunggu ........ tak kunjung tiba ...... tak juga
kau menyapaKU.


Subuh ........ Dzuhur ....... Ashyar ..........
Magrib ........ Isya
dan Subuh kembali, kau masih mengacuhkan AKU .....
tak ada sepatah kata, tak ada seucap do'a, dan tak ada rasa,
tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud
kepadaKU ..........

Apa salahKU padamu ...... wahai UmmatKU?????
Rizki yang KU limpahkan, kesehatan yang KUberikan, harta yang
KUrelakan, makanan yang KUhidangkan, anak-anak yang
KUrahmatkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat
kepadaKU ............!!!!!!!

Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan AKU tetap
berharap suatu saat engkau akan menyapaKU, memohon
perlindunganKU, bersujud menghadapKU ......
Yang selalu menyertaimu setiap saat ........

MADZA RA'YUK...???

Wahai manusia! Aku heran pada orang yang yakin akan kematian, tapi hidup bersuka ria. Aku heran pada orang yang yakin akan pertanggungjawaban segala amal perbuatan di akhirat, tapi asyik mengumpulkan dan menumpuk harta Aku heran pada orang yang yakin akan kubur, tapi ia tertawa terbahak-bahak.

Aku heran pada orang yang yakin akan adanya alam akhirat, tapi menjalani hidupnya dengan bersantai-santai. Aku heran pada orang yang yakin akan kehancuran dunia, tapi ia menggandrunginya. Aku heran pada intelektual, yang bodoh dalam soal moral.Aku heran pada orang yang bersuci dengan air, sementara hatinya masih tetap kotor.

Aku heran pada orang yang sibuk mencari cacat dan aib orang lain, sementara ia tidak sadar sama sekali terhadap cacat yang ada pada dirinya. Aku heran pada orang yang yakin bahwa Allah SWT senantiasa mengawasi segala perilakunya, tapi ia berbuat durjana. Aku heran pada orang yang sadar akan kematiannya, kemudian akan tinggal dalam kubur seorang diri, lalu diminta pertanggungjawaban seluruh amal perbuatannya, tapi berharap belas kasih orang lain. "Sungguh.. tiada Tuhan kecuali Aku.. dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Ku."

Wahai manusia. Hari demi hari usiamu kian berkurang, sementara engkau tidak pernah menyadarinya. Setiap hari Aku datangkan rejeki kepadamu, sementara engkau tidak pernah memujiKu. Dengan pemberian yang sedikit, engkau tidak pernah mau lapang dada. Dengan pemberian yang banyak, engkau tidak juga pernah merasa kenyang. Wahai manusia.Setiap hari Aku mendatangkan rejeki untukmu.

Sementara setiap malam malaikat datang kepadaKu dengan membawa catatan perbuatan jelekmu. Engkau makan dengan lahap rejekiKu, namun engkau tidak segan-segan pula berbuat durjana kepadaKu. Aku kabulkan jika engkau memohon kepadaKu. KebaikanKu takputus-putus mengalir untukmu.

Namun sebaliknya, catatan kejelekanmu sampai kepadaKu tiada henti. Akulah pelindung terbaik untukmu. Sedangkan engkau hamba terjelek bagiKu. Kau raup segala apa yang Kuberikan untukmu. Kututupi kejelekan yang kau perbuat secara terang-terangan. Aku sungguh sangat malu kepadamu, sementara engkau sedikitpun tapernah merasa malu kepadaKu. Engkau melupakan diriKu dan mengingat yang lain.

Bershalatlah engkau kepadaKu sebagai rasa syukur dan nikmat yang telah Aku berikan kepadamu.Kepada manusia engkau merasa takut, sedangkan kepadaKu engkau merasa aman-aman saja.

Pada manusia engkau takut dimarahi, tetapi pada murka-Ku engkau tak peduli.Ikhwan fillah, bersujudlah dan bertaubatlah kepada Allah SWT serta menangislah.. betapa banyak dosa yang telah kita perbuat selama ini lihatlah betapa banyak kelalaian yang telah kita lakukan selama ini.

Ya Allah, Kami bukanlah hambaMu yang pantas memasuki surga firdausMu, tidak juga kami mampu akan siksa api nerakaMu, berilah hambaMu ini ampunan, dan hapuskanlah dosa-dosa kami, sesungguhnya hanya Engkaulah Sang Maha Pengampun, Sang Maha Agung. Ya Allah, Dosa-dosa kami seperti butiran pasir dipantai, anugrahilah kami ampunan wahai Yang Maha Agung umur kami berkurang setiap hari sedangkan dosa-dosa kami terus bertambah adakah jalan upaya bagi kami.

Ya Allah, HambaMu yang penuh maksiat ini bersimpuh menghadapMu mengakui dosa-dosanya dan memohon kepadaMu, ampunilah, karena hanya Engkaulah Sang Pemilik Ampunan, bila Engkau Campakkan kami kepada siapa dan kemana kami mesti berharap selain dariMu "Hisablah dirimu sebelum Allah menghisabmu".